bintang

Sabtu, 07 Juni 2014

Fanchant untuk EXO-Overdose saat perform!


nah, hari ini Mika mau bagi-bagi fanchant untuk lagu overdose nya EXO. nggak perlu lama-lama, langsung aja ya.. chenkaid.o! 

Fanchant untuk EXO-Overdose saat perform!


kalimat yang didalam tanda "[ ]" dan dicetak tebal itu adalah fanchant-nya.


(Come in!) [EXO-K.EXO-M.Saranghaja.We are EXO!]
 Warning warning warning warning warning warning warning...


Modeun geol geolgu neol deurikin na
Ijen durikil sudo eobtdaIgeon bunmyeong wiheomhan jungdog
So bad! No one can stop her


Her love her love [Her love her love!]
 ojig geugeotman bara
Geunyeowi sarang hanabbuniggeol
Chimyeongjeogin fantasy
Hwangholham deu anaeu jwihae


Oh, she wants me! [Oh, she wants me!] (Girl!)
Oh, she's got me! [Oh, she's got me!] (Hurt)
Oh, she hurts me! [Oh, she hurts me!]
 Joha, deoeug galmanghadu isseo


Someone call the doctor, nal butjabdumalhaejwo
Sarangeun byeong, jungdog, overdose [overdose!]
 Sigani jigalsurug tungjeneun himdeureojyeo
Jeomjeom gipsugi bbajyeoganda e-oh! [e-oh!]


Too much, neoya, your love, igeon overdose! [Overdose]
 Too much, neoya, your love, igeon overdose!


Nollineun deu songillo on neu
Bomneungneun neoreul galguhae jomdeu
Gabbajin sumeuru jilsigdoin hueJeonyul, geurigon hansum


Her love her love [Her love her love!]
doghan yag gateo naegen
Heeonaol su eobtneun destiny
Pineun ddeugeowojyeottji
Machimnae modu jibaehae


Oh, she wants me! [Oh, she wants me!] (Girl!)
Oh, she's got me! [Oh, she's got me!] (Hurt!)
Oh, she hurts me! [Oh, she's hurts me!]
Gyeosog neoman geurigu geurin na


Someone call the doctor, nal butjabdumalhaejwo
Sarangeun byeong, jungdog, overdose [overdose!]
Sigani jigalsurug tungjeneun himdeureojyeo
Jeomjeom gipsugi bbajyeoganda e-oh! [e-oh!]


Too much, neoya, your love, igeon overdose! [overdose!]
Too much, neoya, your love, igeon overdose!


Modu danaege mureowaNaega byeonhan geot gatdae
Simjange nega baghyeobeorin deutSesangi onto neoinde


Meomchul su eobseo.. imi nadeughan neol
Jigeum i sungan.. you're in my heart...


E.X.O [E.X.O!]


Nan neoreun matbogo neoreun masinda (masinda!)
On momi ddeolyeowa gyesog deurikyeodo ajig mojara
Sokggeutkkaji jeonyulikin galjeu i sunganeul jaba
Jiljureul meomchuji ma neomu joha, can't stop!


(Hey doctor!) [Hey doctor!]


Jigeum idaeru goaenchanhna na?
Juchehal su eobtneun iggeullim soge noganaelyeoga nan
I neukkim eobsineun jugeun jeona machangajingeol
Naega saneun iyu nan neoran dalkomhameo jungdog (jungdog jungdog!)


(Someone call the doctor!) [We are EXO!]


Someone call the doctor nan geunyeoga piryuhae
Harugo nan beotilsu eobseo (beotiji mothae)
Beoseonagu sipji anheun cheongug gateun neo
Kim kim i deocheun areumdawo e-oh! [e-oh!]


Too much, neoya, your love, igeon overdose! [overdose!]
Too much, neoya, your love, igeon overdose!

cr. Rochmae Mi-K | Lyrics by Kyeo

Jumat, 21 Maret 2014

[INFO] Telah dikonfirmasi

Comeback EXO antara 31 Maret - 1 April.
Ini akan mencakup, gaya rambut baru, konsep baru, bad boy, dan lebih powerfull daripada Growl.

Info lebih lanjut: 
- Luhan memotong rambut nya
- Tao mewarnai rambut menjadi putih 
- mereka [EXO] syuting MV baru mereka di sebuah toko kopi 
- konsepnya adalah seorang anak laki-laki yang nakal [a bad boy]
- Luhan dan Baekhyun akan menjadi pusat koreografi tarian EXO untuk konsep baru mereka, badboy

Cr. _luhanfrost

via : Baek EXO Han

Senin, 13 Januari 2014

Can You Give Me A Reason To Live | Oneshoot | Rochmae Mi-K



Tittle : Can You Give Me A Reason To Life?
Author : Rochmae Mi-K
Main cast :
-      Jung Jaehyun (OC/YOU)
-      Zhang Yixing a.k.a Lay
-      Kim Jongin a.k.a Kai
-      Others
Genre : Romance, Sad, etc.


Okay,
HAPPY READING~

JAEHYUN P.O.V

Aku mungkin bodoh karena masih mengharapkanmu yang sudah tidak mencintaiku lagi. Semua harapanku tuk lebih mencintaimu kini telah pupus. Kau hancurkan hatiku yang selama ini sangat mengharapkanmu. Kau buang perasaanmu untukku. Kau acuhkan aku layaknya kita tak saling kenal. Semuanya telah berakhir, Kim Jongin. Kau telah menghancurkannya sendiri. Baik, aku terima.

**********************Can You Give Me A Reason To Life?***********************

Semuanya nampak bahagia dengan aktivitas mereka masing-masing. Mereka semua mengacuhkanku, sahabat macam apa mereka. Aku terduduk dengan memasang tampang datar dan seakan menatap nanar ke arah depan, walau ku tahu aku tidak melihat apa-apa. Aku masih memikirkan orang yang tak peduli lagi padaku. Mengapa dia terus ada di pikiranku. Sungguh, Kim Jongin, Aku tidak bisa melupakanmu, seperti Kau dengan mudah melupakanku. Aku ingin kembali bersamamu. Aku tak sanggup lagi jika terus seperti ini.
“Jaehyun-ah, Jung Jaehyun! Kau kenapa diam seperti itu? Kau membuat kami cemas.” Hyemi memukul pundakku pelan, Aku tahu mereka memang sahabatku yang baik dan masih peduli padaku. Mereka pasti akan mencemaskanku karena sikapku yang berubah beberapa hari ini. ini semua karenamu, Kim Jongin.
“Kau masih memikirkan Kim Jongin-mu itu? Sudah ku bilang kan dari awal, bahwa namja itu tidak baik untukmu. Sekarang kau menyesal kan?” ujar Jihyun menasehatiku, tapi sayang, semuanya telah terlambat.
“Sekarang kau seharusnya move on darinya. Cobalah tengok ke belakang, masih banyak namja yang lebih baik darinya.” Hyemi, aku tidak bisa melakukannya. Hatiku masih kacau untuk memulai kisah cinta lagi, dan pada akhirnya Aku yang dicampakkannya.
“Jangan seperti ini, kalian hanya akan menambahnya bersedih.” Eunmi berbisik pada Hyemi dan Ji hyun, tapi Aku masih bisa mendengar apa yang ia bicarakan.
“Jaehyun-ah, di sekolah kita nanti akan kedatangan murid baru dari China. Kata orang-orang, dia sangat tampan dan pintar. Apa Kau tertarik? Dia itu lebih baik dari namja bernama Kim Jongin mu itu. Tapi kalau aku, aku tidak akan berpaling dari Byun Baekhyun ku.” Eunmi mendapatkan dua sekaligus jitakan di kepalanya, membuat yang empunya meringis kesakitan. Eunmi, mianhae, apapun itu, aku masih tidak bisa berpaling dari Jongin. Biarlah kalian menganggapku yeoja aneh yang masih berharap pada cinta lama yang telah pergi. Biarlah orang mengatakanku tidak waras. Aku hanya ingin mereka mengerti perasaanku saat ini.
Aku beranjak dari bangkuku, membuat sahabatku memperhatikanku segera. “Mulai sekarang, aku tidak akan jatuh cinta lagi, selain untuk Kim Jongin.” Ucapku pasti dan keluar dari kelas. Aku tidak peduli tatapan dari ketiga sahabatku yang mengatakan bahwa aku aneh. Aku hanya ingin sendiri saat ini.
Kim Jongin, setidaknya saat kau mencampakkanku, kau seharusnya memberikanku alasan yang pasti supaya aku bisa mengerti kenapa kau meninggalkanku. Tapi tanpa alasan yang jelas, kau tinggalkanku dengan kata-kata kasar.

**********************Can You Give Me A Reason To Life?***********************

Aku mengeratkan mantel berwarna biru tuaku. Cuacanya sungguh tidak mendukung. Salju turun di kegelapan malam. Disaat Aku sedang ada janji di taman ini bersama dengan orang yang sangat ku cintai. Kim Jongin dengan tiba-tiba memutuskan untuk bertemu secara mendadak. Apapun yang dilakukannya, ia selalu memberikan keputusan secara mendadak. Ia adalah namja yang selalu memberikanku sebuah kejutan.
Dari kejauhan ku dapat melihat seseoang yang selama ber jam-jam ini ku tunggu. Aku tersenyum ke arahnya ketika ia semakin dekat. Aku beranjak dari kursi taman dan menghambur begitu saja ke arahnya. Aku ingin memeluknya, tapi ... ia menolaknya? Ia menepis lenganku yang hendak ingin memeluknya. Ada apa, Kim Jongin?
“A.. Ada apa?” Aku mencoba menanyakannya kepada Jongin. Sikapnya sungguh aneh saat ini, tidak seperti biasanya ia bersikap dingin, terutama kepadaku.
“Mian, sebelumnya. Tapi, mulai sekarang ...”
Aku masih menunggu kelanjutan dari ucapannya. Entah mengapa ini sangat membuatku gugup. Ku mohon jangan berita buruk.
“Mulai sekarang, hubungan kita berakhir.”
DEG!!
Rasanya seperti di hantam sebuah pisau. Apa yang dikatakannya? Berakhir? Kenapa?
“K.. Kenapa?” aku tidak yakin dengan ini semua. Kim Jongin berikanku alasan mengapa kau putuskan ini?
“Aku... Aku sudah muak denganmu. Mulai sekarang jangan temui Aku lagi. Aku pergi.” Ucapnya dan pergi begitu saja.
Aku ambruk diantara salju yang begitu dingin. Hancurnya hatiku sampai melupakan dinginnya cuaca saat ini. Aku sudah putus asa. Bagaimana untuk seterusnya. Jongin teganya Kau patahkan hatiku. Kenapa Kau meninggalkanku?

**********************Can You Give Me A Reason To Life?***********************

Aku mengitari sepanjang koridor sekolah. Tidak ada yang menarik sepanjang hari ini. Aku benar-benar sudah gila saat ini. patah hati karena seorang namja. Tanpa ku sadari, rupanya Aku telah menabrak seseorang. Aku mendongak untuk melihat orang itu.
Gwaenchanha?” tanya seorang namja yang tadi telah ku tabrak.
Ia mengulurkan tangannya padaku. Aku menepisnya dan segera berdiri.
Gwaenchanha.” Ucapku dingin. Ia tersenyum manis padaku.
Mian, Aku menabrakmu. Aku sedang terburu-buru tadi.” Ujar namja yang sama sekali tak ku kenal ini.
“Aku kan tadi sudah bilang baik-baik saja. Jadi jangan terlalu cemas.” Ia tersenyum lagi kepadaku. Namja aneh. Sedingin apapun kata yang ku lontarkan kepadanya, Ia sama sekali tidak pernah kecewa.
“Eum, Aku Zhang Yixing, pindahan dari China. Aku sedang mencari ruang kepala sekolah, bisakah kau mengantarkanku ke sana?” pinta Yixing.
“Mian, tapi aku sedang tidak mood saat ini.” ucapku kemudian langsung melenggang pergi.

**********************Can You Give Me A Reason To Life?***********************

Yixing P.O.V
Gadis aneh. Aku kan hanya ingin meminta bantuan darinya. Kenapa ia begitu dingin.
Aku kembali melanjutkan aktivitasku yang sempat tertunda karena gadis aneh tadi. Mencari ruangan kepala sekolah sangatlah sulit di sekolah ini. pasalnya gedung sekolah ini begitu luas dan besar. Untuk siswa baru sepertiku ini tidaklah mudah.

**********************Can You Give Me A Reason To Life?***********************

Seorang guru mengajakku mengikutinya, ia bilang ia adalah wali kelasku nanti. Dan sekarang aku dibawanya untuk ke kelas. Kami berhenti di depan sebuah ruangan yang di atasnya bertuliskan ‘XI-F’. Apa mungkin ini kelasku?
Seon Mi Seonseungnim menyuruhku mengikutinya masuk. Semua murid terkejut ketika melihatku.
Aku hanya memasang wajah malaikatku supaya mereka mau menerimaku di kelas mereka yang notabene-nya akan menjadi kelasku juga. sampai seseorang membuatku terkejut. Oh, astaga! Yeoja aneh itu lagi. Rupanya kami akan sekelas. Aku tersenyum akhirnya. Membayangkan nanti bagaimana Ia akan bersikap padaku. Oh, lihatlah, pandangannya kosong saat ini. apa yang sedang ia pikirkan?
Aku tersentak ketika seonseungnim menyuruhku untuk memperkenalkan diriku pada temen sekelasku.
Annyeonghaseyo, Nae ireumeun Zhang Yixing imnida. Bongapseumnida.” Aku menundukkan badanku sekitar 90 derajat. Mereka bilang, ini adalah tanda kehormatan, sama seperti di negara asalku.
Seon Mi seonseungnim menyuruhku untuk duduk di salah satu tempat duduk di kelas ini. aku pun berjalan dan menemukan tempat dudukku. Hanya berada di barisan nomor dua dari baris belakang. Tidak begitu jauh dari tempat duduk sang yeoja aneh itu. Bahkan aku belum tahu namanya. Dia sendiri yang tak memberitahukannya padaku.

**********************Can You Give Me A Reason To Life?***********************

Author P.O.V
Sehabis bel tanda istirahat berbunyi, para yeoja segera mengerumuni meja Yixing. Seperti sebuah toko yang sedang menawarkan order, meja Yixing benar-benar penuh. Yixing bahkan sampai kualahan menghadapi mereka. Sampai ia melihat HANYA satu yeoja-lah yang berbeda dari yang lain. Yeoja itu kini pergi keluar kelas tanpa menghampiri meja Yixing layaknya yeoja yang lain. Yixing tertegun. Rasanya ia sungguh tertarik pada yeoja yang menurutnya aneh itu. Ia pun mencoba mencari alasan untuk bisa kabur dari para yeoja yang menjadi fansnya ini dan segera menyusul yeoja aneh, menurutnya.

**********************Can You Give Me A Reason To Life?***********************

Jaehyun duduk menyendiri di bangku taman belakang sekolah. Ia hanya ingin menenangkan hatinya. Ia tahu betul, ini hanya hal bodoh yang terlalu dilebih-lebihkan. Tapi seharusnya juga mereka sedikit mengerti persaan Jaehyun saat ini. karena jika mereka sendiri yang berada di posisi Jaehyun saat ini, apa yang akan mereka rasakan?
“Orang-orang bodoh, mereka tidak sadar tentang diriku. begitu juga dengan namja itu, Sama bodohnya!” Jaehyun menggerutu dalam hati. Bukan karena dia sudah gila, berbicara sendiri, kesal sendiri, marah tanpa alasan. Bukan, bukan karena itu semua. Dan kalian pasti yakin, jika kalian pernah menggerutu sendiri, kan? Apa yang membuat kalian seperti itu? Pasti kalian semua punya alasan tersendiri untuk menjelaskannya, bukan?
“Siapa yang kau bilang ‘bodoh’?” suara lembut dari arah samping Jaehyun berhasil membuatnya tercengang. Jaehyun membuang muka malas, setelah dilihatnya namja yang saat ini sedang dikagumi oleh teman-temannya.
“Bukan siapa-siapa. hey! Untuk apa kau kemari? Mengganggu saja.” Gumam Jaehyun tapi terdengar seperti menggerutu. Yixing terkekeh mendengarnya.
“Bukankah ini tempat umum? Jadi siapapun boleh kemari, termasuk aku. kenapa kau melarang?” Jaehyun tak sekalipun menoleh pada namja itu, ia tetap menopang dagu karena sedang tak mood berbicara dengannya.
“Setidaknya kau cari tempat lain, tempat ini sudah ku tempati.” Jaehyun berbicara, tetap tak menoleh.
Yixing mulai terkekeh kembali. “Aku ... Aku suka tempat ini. tempat ini sangat nyaman.”
Kali ini Jaehyun menoleh, memandang namja di sampingnya begitu lekat. Jaehyun tertegun dengan kata-katanya.
‘Jongin pernah berkata seperti ini’
“Kalau begitu, Aku saja yang cari tempat lain. Nikmati saja tempat ini.” Jaehyun beranjak dari duduknya. Namun, Yixing menahan kepergiannya.
“Tunggu! Jangan pergi!” Jaehyun menoleh ke belakang, tepat pada wajah Yixing. Yixing menatap nametag pada dada sebelah kanan Jaehyun.
‘Jung Jaehyun,’ batinnya mengucap nama sang yeoja dalam hati. Kini Ia tahu siapa nama yeoja yang menyebalkan ini. rasanya Ia ingin menanyakan sesuatu. Tapi apa itu.
“Apa lagi?”
“Tadi pagi kau menolak untuk mengantarkanku ke ruangan kepala sekolah. Jadi sekarang setidaknya kau menemaniku disini untuk menggantikannya.” Jaehyun mendecak kesal. sebenarnya siapa namja ini, menyuruhku seenaknya saja.
“Aku sedang tidak mood, mian.” Jaehyun memalingkan wajahnya kembali dan segera beranjak pergi. Namun tangan seseorang telah menghentikannya. Jaehyun menoleh, dan rupanya namja menyebalkan ini lagi. Lihatlah, kini wajahnya menunjukkan senyuman terindahnya dan juga dimple nya yang terlihat semakin manis. Luluh? Jaehyun menatapnya dalam, apakah itu yang dinamakan luluh?
Jaehyun menghela napas panjang dan membuangnya kasar, “Baiklah, tapi sebelumnya lepaskan dulu tanganku.” Jaehyun menunjuk tangan kanannya yang tengah di genggam erat oleh Yixing menggunakan dagunya. Seakan mengerti, Yixing melepaskannya sambil terkekeh.
Setelah itu, tak ada percakapan lagi. Semuanya terasa hening. Sampai pada akhirnya, Yixing menghapus rasa kecanggungan itu diantara mereka.
“Kau tinggal di daerah mana?” ketahuan, Yixing hanya sekedar basa-basi saja. Mungkin begitu.
“Penting?” sama seperti sebelumnya, Jaehyun sama sekali tak menoleh. Hanya tatapan kosong ke depan yang ia tunjukkan.
“Huh?”
“Apakah penting mengetahui Aku tinggal dimana? Apa yang akan kau lakukan setelah mengetahui alamatku?” tanya Jaehyun ketus.
“Ya, setidaknya aku tahu dimana rumahmu. Walaupun mungkin aku tak akan mengunjungimu,”
Jaehyun bangkit dari duduknya dan beranjak pergi meninggalkan Yixing di taman itu. Yixing kali ini tak menghiraukannya, sekedar untuk menyuruh Jaehyun kembali duduk di sampingnya seperti halnya tadi.
“Daerah Myeongdong, dekat dengan Restaurant XXX. Mian, Aku harus pergi. Tiba-tiba saja aku teringat akan sesuatu.” Ujar Jaehyun dan benar-benar pergi.
Yixing menatap punggung yeoja itu dengan nanar.
“Sepertinya aku tahu, mengapa kau memilih untuk meninggalkannya.” Ucapnya lirih.

**********************Can You Give Me A Reason To Life?***********************

Jaehyun P.O.V
Bisa-bisanya eomma menyuruhku untuk mengantarkannya ke rumah sakit hanya untuk menjenguk temannya yang sedang dirawat di Rumah sakit. Apa ia tak melihat bahwa putrinya sedang tidak bisa diganggu saat ini. tapi yang namanya eomma, pastilah ia selalu memaksa. Bagaimanapun juga aku harus menurutinya. Dia eomma ku yang sangat bawel, cerewet, dan mengesalkan. Tapi ... bagaimanapun juga dia eomma ku.
Bagian yang paling ku benci hanyalah saat aku ditinggal sendiri ketika eomma sudah berada dalam ruang rawat temannya, aku dikucilkan, ditelantarkan, dan disuruh menunggunya sampai eomma sudah puas menjenguk. Jika hanya menjenguk dan langsung pulang, aku tak masalah. Tapi begitu ia sampai di ruang rawat temannya, ia malah menyempatkan diri untuk mengobrol bersama ahjummadeul, teman eomma di sana. Apa ia tak kasihan melihat putrinya yang begitu sabar sedari tadi menunggunya. Sampai lumutan pun, ia tak akan peduli?
Aku berkutat pada ponselku. Berharap disini ada WIFI yang mampu melelehkan rasa kesalku saat ini. tapi sial, WIFI-nya seakan tahu semua masalahku dan malah membuatku semakin kesal. WIFI di Rumah sakit ini di kunci. Kini aku hanya bisa pasrah. Tapi untung saja, aku membawa MP3 Player. Dengan ini rasa kesalku sedikit bisa terobati dengan mendengarkan sebuah lagu.
Kerongkonganku rasanya sangat kering, aku pun memutuskan untuk beranjak dari dudukku dan mencari penjual minuman. Setidaknya hanya untuk pelepas dahaga.
Aku masih memendengarkan lagu dengan MP3 Player ku. Merasa seakan terbawa alunan musik, aku sesekali memejamkan mataku mencoba meresapi kalimat demi kalimat indah yang dilontarkan dalam lagu ini. tanpa memperdulikan sekeliling, Aku tertabrak seseorang hingga jatuh. Aku pun membuka mataku, ku lihat siapa yang telah menabrakku tadi.
“Yixing?” gumamku lirih. Aku membangunkan diriku dan berhadapan dengan Yixing.
Yixing menghela nafas kesal, “Dasar! Dimana matamu, selalu saja seperti ini.”
Mian, aku sedang mendengarkan MP3. Sampai tidak melihatmu.” Ucapku menyesal. Aku tahu perkataannya hanyalah sebuah guyonan saja. Tak mungkin namja sepertinya mudah diambil ke hati.
“Tidak melihat? Hah, untung saja yang kau tabrak itu aku, bagaimana jika orang lain?” Ujar Yixing sok menasehati.
Heuh, biarpun orang lain yang ku tabrak pun aku tak peduli. Toh jika aku menabrak mereka, maka aku akan segera meminta maaf. Apa susahnya? Cih!
“Sedang apa kau ke sini?” tanyaku mengalihkan pertanyaannya. Tapi untungnya, ia mau menerimanya.
“Aku?”
Tanyanya balik sambil menunjuk dirinya sendiri menggunakan telunjuknya. Aku mengangguk mengiyakan.
“Aku habis dari menjenguk sepupuku yang sedang koma di sini.” Jawabnya pasti.
“Sakit apa sepupumu itu?” tanyaku penasaran, setidaknya aku harus tahu sesuatu tentang seseorang.
Yixing menghela nafas berat, sebelum ia menjawab pertanyaanku. ku yakin ia sangat terpukul saat ini. “Leukimia akut,”
“Kata dokter, usianya tinggal hitungan hari saja. Leukimia akut adalah suatu perjalanan penyakit yang sangat cepat, mematikan, dan memburuk. Untung saja dia bisa dengan cepat diselamatkan oleh dokter, maka dia masih ada secercah harapan. Tapi bagaimanapun juga dirinya masih tak sadarkan diri, kondisinya semakin lama, semakin melemah.”
Aku tertegun akan cerita Yixing tentang kondisi sepupunya itu. Seakan mendapatkan sengatan darimana, aku menangis terisak membayangkannya. Yixing yang melihatnya segera mendekatiku, menghapus jejak antara kami.
“Hey, Kau menangis?” Aku segera menghapus buliran air mata di pipiku yang menetes. Malu, kenapa Aku justru menangis dihadapan Yixing.
Ani, aniyo. Aku tidak apa-apa. Salamkan saja pada sepupumu itu untuk lekas sembuh. Jangan sampai dia putus asa pada penyakit. Dan ahh, sepertinya eomma ku akan mencariku. Aku pergi dulu ne, Yixing-ssi. Sampai jumpa.” Aku berjalan meninggalkan Yixing disana. Entah apa yang sedang ia lakukan, aku tidak peduli. Bodoh, mengapa menangis di hadapannya? Memalukan!

**********************Can You Give Me A Reason To Life?***********************

Yixing P.O.V
“Ani, aniyo. Aku tidak apa-apa. Salamkan saja pada sepupumu itu untuk lekas sembuh. Jangan sampai dia putus asa pada penyakit. Dan ahh, sepertinya eommaku akan mencariku. Aku pergi dulu ne, Yixing-ssi. Sampai jumpa.” Ujarnya dan kemudian berlalu pergi. Aku menatap kepergiannya sampai diperbelokkan lorong.
Seandainya jika kau tahu, kau akan lebih sakit lagi. Tapi jika kau tidak tahu, kau akan merasa didustai. Kau punya hak untuk menangisinya, karena hanya kau miliknya. Bagaimanapun juga Aku tidak tahu jalan pikirannya. Tapi, entah mengapa, Aku menurutinya begitu saja.

**********************Can You Give Me A Reason To Life?***********************

Author P.O.V
Jaehyun mengambil sepatunya di loker depan ruang masuk sekolah. Ia mau segera pulang, menenagkan pikirannya lagi. Pelajaran membuat pikirannya pening dan bisa membuatnya stres. Ingin rasanya ia bolos sekolah seharian ini. Tapi entah mengapa rasanya begitu sayang pada absensi dan nilai point.
Ia mengenakan sepatunya dan mengikat talinya menjadi sebuah simpul. Sampai suara seseorang mengejutkannya. Tapi setelah dirasa mengetahui orang itu, ia merubah wajahnya menjadi wajah ketus seperti biasanya.
“Kau mau langsung pulang?” Yixing juga mengambil sepatunya yang berada di dalam loker, mengikuti apa yang sedang Jaehyun lakukan.
“Eum, ne. Aku mau istirahat, lagi pula tidak ada kegiatan lain yang bisa ku lakukan.” Ujar Jaehyun. Kini mereka tak merasa canggung lagi.
“Ouh, begitu rupanya. Sebenarnya aku ingin mengantarkanmu pulang. Itupun jika Kau mau,” Jaehyun menoleh ke Yixing setelah ia menyelesaikan ikatan simpul pada sepatunya.
Nampaknya Ia masih berpikir keras mencerna perkataan Yixing. Setelah itu ia berkata, “Sebenarnya juga Aku tak menolak,”
Yixing membulatkan matanya tak percaya dengan jawaban Jaehyun barusan. Kemudian ia tersenyum manis seperti biasanya.
“Sekarang kita langsung pergi bersama?” tanya Yixing ceria. Jaehyun mengangguk mengiyakan. Entah mengapa saat ini, Jaehyun merasa sangat nyaman bersama Yixing. Seakan ia sedang bersama dengan namja yang ia cintainya, Jongin.
Mereka pergi dengan menggunakan motor Yixing. Yixing memberikan satu helm untuk Jaehyun. Kemudian ia memanaskan motor, dan mengegasnya. Jaehyun masih diam tak bergeming. Melihat Jaehyun, Yixing mulai geram dan menyuruhnya cepat naik. Mendengar Yixing mulai geram, Jaehyun dengan sigap memakai helmnya dan menaiki motor Yixing.
“Pegangan yang kuat, atau kau akan jatuh!” seru Yixing. Jaehyun hanya mengerutkan keningnya bingung, “Apa?”
Yixing tak menghiraukan pertanyaan dari Jaehyun, malah mengegas motornya dengan kencang. Sehingga Jaehyun dengan refleks memeluk tubuh Yixing sangat erat. Yixing tersenyum puas karena menerima perlakuan halus dari Jaehyun.
DEG!
Dirasa dentaman jantung Jaehyun yang mulai tak teratur. Jaehyun menjauhkan tubuhnya dari punggung Yixing, takut jikalau suara detakan jantungnya terdengar oleh Yixing. Tapi setelah itu ia kembali tersadar, rasa rindunya kepada Jongin mulai menghadirinya. Entah mengapa setiap ia berada di dekat Yixing, namja China ini, ia seakan sedang berada bersama Yixing. Ia terisak di dalam hati. Rasa sakit yang tertahan kini menjalarinya. Menahan tangis di dalam hati bukankah sangat menyakitkan?
Jaehyun hanya tidak ingin Yixing mendengarnya terisak. Bodoh! Sangat bodoh jika ia ketahuan Yixing sedang menangis. Dan di saat Yixing bertanya alasannya, apa yang akan ia jawab? Mengatakan hal yang sejujurnya? Sungguh konyol!
“Kita langsung menuju ke rumahmu?” tanya Yixing, membuyarkan lamunan Jaehyun. Jaehyun kemudian terhenyak dan segera mencari kata-kata untuk di ucapkannya pada Yixing.
“Aku ... Aku ... jangan antarkan Aku pulang dulu,” ucap Jaehyun cepat. Yixing yang mendengar itu tiba-tiba mengerutkan keningnya. Yeoja aneh! Pikirnya.
“Bawa Aku ... terserahmu. Aku tidak ingin pulang dulu.” tutur Jaehyun dengan memejamkan matanya. Ia menggenggam kemeja Yixing dengan sangat erat, baginya ini ialah penawar rasa takut dan sakit yang dihinggapnya saat ini. Yixing semakin heran dan bingung akan sikap yeoja yang diboncengnya saat ini, tapi seperti seakan tahu apa yang sedang diderita Jaehyun, Yixing mengangguk mengiyakan.
“Baiklah,”

**********************Can You Give Me A Reason To Life?***********************

“Dimana kita sekarang?” tanya Jaehyun setelah turun dari motor Yixing dan melepas helmnya. Ia menatap kagum pemandangan di sekitarnya, merasa sangat asing dengan tempat ini. dimana Ia dibawa Yixing ke sebuah taman yang masih asri dan sejuk. Tak ada seorangpun orang disini, sepi.
“Ini tempat favorite ku bersama dengan sepupuku sewaktu Aku masih berasa di Korea. Kami bermain bersama waktu itu dengan riang tanpa ada beban apapun,” ujar Yixing menghela nafasnya berat sebelum pada akhirnya meneruskan ucapannya, “Tapi kini, ia sudah tidak ada. ia pergi meninggalkan keluarga kami, terutama Aku, kini Ia sudah tenang di surga bersama dengan almarhum ibunya” Yixing kemudian menunduk menyembunyikan wajah kesedihan di dalamnya.
Jaehyun seakan ada rasa empati yang menghinggapi dirinya, ia juga ikut bersedih seakan merasa ada hubungan yang membuat Jaehyun harus peduli tentang sepupu Yixing. Jaehyun mendekati Yixing yang masih tertunduk sedih, lalu mengelus pundak Yixing. Menyalurkan rasa kepeduliannya terhadap Yixing, mencoba tuk menenangkan hati Yixing yang tengah terluka. Kini nasib mereka sama. Merasa kehilangan orang yang paling disayang secara tiba-tiba. Tapi Yixing punya alasan, mengapa orang yang ia sayang meninggalkannya. Sedangkan dirinya, Jaehyun tidak punya alasan! Dan bahkan Ia masih merasa bingung kenapa tak mendapatkan alasan yang pasti, kenapa Jongin harus meninggalkannya. Jaehyun merasa dirinya adalah makhluk paling bodoh di belahan bumi tempatnya berpijak saat ini. ingin rasanya Ia menanyakannya langsung pada Jongin, tapi namja itu, Ia sama sekali tak terlihat beberapa hari setelah berakhirnya hubungan di antara mereka berdua. Bisakah Kau tahu perasaanku saat ini?
“Tenanglah, biarkan sepupumu itu pergi dengan tenang. Jangan membuatnya menagis karena melihatmu bersedih. Ikhlaskan saja kepergiannya,” ucap lembut Jaehyun, Ia terus mengusap-usap pundak Yixing, mencoba menyalurkan ketenangan darinya.
Yixing menoleh ke arah Jaehyun, tepat pada manik matanya. Jaehyun terdiam sesaat, kini mereka saling bertatap muka, saling pandang kedalam manik-manik mata mereka yang bersinar-sinar. Kemudian dengan cepat, Yixing memalingkan wajahnya dari tatapan Jaehyun. Ia tersenyum pahit, lalu berkata, “Kau bicara seperti itu karena tidak tahu apa-apa, kan? Kau tak mengetahui apa yang telah terjadi sebenarnya, maka Kau dengan mudah berbicara seperti itu,”
Jaehyun yang mendengar penuturan Yixing kemudian menggeleng kuat-kuat sebelum berkaat, “Ani, bukan seperti itu. Aku tahu perasaanmu saat ini, karena aku juga telah merasakan hal yang sama sepertimu.” Jaehyun memandang Yixing meyakinkan sampai namja itu benar-benar meliriknya saat ini. ingin mencoba tuk di mengerti.
Yixing menatap dalam Jaehyun, “Ne, pada awalnya juga aku merasa berat untuk ditinggalkannya, tapi... di kurun waktu yang datang melaju, Aku pun mulai mencoba tuk melupakannya,” lanjut Jaehyun, sebelum pada akhirnya tersenyum. Entahlah, rasanya bukan seperti sebuah senyuman, seperti terkesan banyak kesedihan dibalik senyumannya.
“Jangan,” ucap lirih Yixing, kini Ia menatap kosong ke arah depan tampang menyedihkan.
Ne?” Jaehyun tak mengerti. Ia tak mengerti dengan apa maksud ucapan Yixing, Ia mencoba menanyakan kepastiannya.
“Jangan, jangan lupakan dia. Ku mohon jangan lupakan orang yang telah meninggalkanmu itu,” Jaehyun tertegun dengan penjelasan Yixing terhadapnya. Seakan Yixing tahu betul apa masalah semuanya. Ia bisa tahu apa yang saat ini tengah dirasakan oleh Jaehyun.
Ne? ahh,. Eum.. N,. Ne” ucap Jahyun ragu. Ia tak tahu apa yang dimaksud oleh Yixing, tapi hatinya seakan meyuruhnya untuk mengikuti perkataan Yixing. Ia memilih untuk diam.
“Hey, kenapa jadi seperti ini? kenapa kita malah jadi saling menceritakan kisah sedih kita tentang orang yang kita sayangi yang telah pergi meninggalkan kita?” ucap Yixing, seakan mengalihkan pembicaraan. Kini raut wajahnya kembali ceria seperti semula, seperti tak ada sekalipun masalah yang terjadi sebelumnya. Cepatkah ia melupakan sebuah masalah?
Jaehyun masih tak bergeming, sampai Yixing menarik tangannya, “Ikuti Aku,”
Jaehyun tercengang namun mampu mengikuti arah yang dituju Yixing. Sampai pada akhirnya, Yixing membawanya ke sebuah kursi taman yang berada dibawah pohon besar yang rindang, dan terkesan sejuk. Tak lupa juga di depannya ada sebuah air mancur pada sebuah kolam kecil. Yixing menuntun Jaehyun untuk duduk di kursi taman itu, duduk di sampingnya. Kini mereka berdua duduk bersampingan. Mereka masih saling terdiam, hening. Sampai Jaehyun menghilangkan rasa kejenuhan di antara mereka.
“Yixing-ssi,”
“Tunggu!” dengan cepat Yixing memotong perkataan Jaehyun. Jaehyun mengerutkan keningnya tak mengerti.
“Mulai sekarang, khusus hanya untukmu seorang, panggil Aku Lay saja.” Yixing tersenyum manis pada Jaehyun.
“L,..Lay?” ulang Jaehyun kemudian.
Yixing, oh, bukan! Maksudku Lay, mengangguk mengiyakan. “Sepupuku suka memanggilku dengan sebutan itu. Sekarang, Aku ingin Kau yang memanggilku dengan nama itu, menggantikan sepupuku. Karena Aku tahu, tak akan ada yang memanggilku ‘Lay’ lagi, kecuali Hyung-ku.” Jaehyun berpikir, mengingat-ingat nama tersebut. Lay, Oh, tidak terlalu sulit.
“Jadi, apa yang ingin Kau katakan tadi? Maaf telah lancang memotongnya,” Lay mengingatkan Jaehyun tentang apa yang barusan membuatnya harus memanggil namanya. Jaehyun kembali berpikir, apa yang ingin ku katakan?
“Eum, begini Yixing-ssi. Eh, m.. maksudku, Lay-ssi, sebelumnya Aku ingin meminta maaf jikalau pertanyaanku ini membuat hatimu sakit,” Jaehyun masih sedikit ragu untuk menanyakan ini, tapi rasa penasaran yang berkecambuk di hatinya membuatnya harus menanyakan ini pada Lay.
“Tidak masalah, Jaehyun-ah. Aku tidak masalah. Katakanlah,” ujar Lay lembut, mayakinkan Jaehyun untuk tidak perlu takut.
Entahlah, perasaan apa ini? Saat Lay menyebutkan namanya tadi, ada perasaan yang tak terkendali di dalam sini. Itu berarti Lay telah mengenalnya dengan baik.
Jeongmal? Ahh, Gomawo, Lay-ssi. Sebetulnya Aku tak ingin menanyakan ini, tapi... Aku hanya sedikit ingin tahu.” bukan, bukan sedikit, tapi banyak!
Ne, jadi apa?”
“Eum, itu.. soal dia, sepupumu itu, kapan ... eung... kapan Ia wafat?” dengan pelan-pelan Ia bertanya. Takut jikalau menusuk hati Lay.
“Ouh,.. itu. Tepat pada kemarin malam Ia menghembuskan nafas terakhirnya. Saat itu Aku sedang tidak ada. Belum sempat Aku mengucapkan kata perpisahan, dia sudah pergi,” ujar Lay dengan sangat lirih. Begitu besar rasa bersalahnya pada sepupunya saat ini.
Mian,” Jaehyun merasa bersalah karena mengingatkannya lagi pada Lay.
“Ah, Gwaenchanha,.. tidak masalah. Pada akhirnya, semua orang juga dengan pertanyaan yang sama akan menanyakannya padaku. Jangan merasa bersalah lagi.” Ucapnya, lembut. Jaehyun menghela nafas lega karena Lay tak apa-apa.
“Eum,.. sebenarnya, Jaehyun-ah,” Jaehyun menunggu lanjutan kata yang akan dilontarkan padanya. “Sebenarnya, Aku ingin mengajakmu ke makam sepupuku. Itupun kalau kau tidak menolak,” tawar Lay.
“Aku, dengan senang hati menerima, kok. Jadi kapan kita akan kesana?” tanya Jaehyun ceria. Namun tidak untuk Lay. Wajahnya saat ini menggambarkan raut wajah yang,... entahlah! Tapi sungguh sulit untuk dijelaskan.
“Kalau kau tidak keberatan, ... besok.” Tutur Lay. Jaehyun mengangguk mengiyakan.
“Baik, besok. Aku akan menunggumu.” Balas Jaehyun sembari tersenyum.

**********************Can You Give Me A Reason To Life?***********************

SKIP~
“Di sebelah mana?” Jaehyun mengikuti Lay di belakangnya. Tujuan mereka saat ini, mencari makam sepupu Lay, orang yang sangat berarti bagi Lay.
“Bersabarlah, sebentar lagi akan sampai.” Ujar Lay meyakinkan.
Jaehyun hanya bisa memandang Lay dari belakang, entah mengapa ada rasa yang berbeda saat ini. Entah mengapa Ia jadi sangat merindukan Lay saat ini. Jelas-jelas, sekarang mereka sedang bersama. Jaehyun mencoba untuk menyamakan langkahnya dengan namja di depannya, ia ingin berjalan berdampingan saat ini. tapi nyaris!
Jaehyun hampir saja terpeleset karena licinnya jalanan, semalam turun hujan. Dan hari ini, nampak langit sedang mendung. Tapi, Lay mendengar suara aneh di belakangnya, Ia segera menoleh. Refleks Ia menagkap Jaehyun yang sedang tak seimbang.
“Kau tidak apa?” tanya Lay cemas. Mata mereka saling beradu.
DEG!
Oh Tuhan, demi apapun. Ini kedua kalinya, Jantung Jaehyun berdetak sangat kencang saat bersama Lay.
Ku mohon, jangan lagi! Aku tidak ingin merasakannya lagi. Cukup! Sudah cukup Jongin yang telah menyakitiku. Aku tidak ingin terulang lagi. –Jaehyun.
Sesaat kemudian, Jaehyun mulai tersadar. Ia kemudian berdiri tegak, menghindar dari pelukan Lay.
“Mian,” pada akhirnya, hanya kata itulah yang terlontarkan.
Mereka melanjutkan perjalana lagi menuju tujuan utama, dan pada akhirnya Lay menemukan makam sepupunya yang baru dimakamkan beberapa hari yang lalu. Masih baru dan wangi. Itulah keadaan makam tersebut.
“Ini dia makamnya,” Lay menarik Jaehyun untuk mendekat dan duduk di samping makam tersebut.
Tanpa sengaja, Jaehyun membaca nama yang berada di mendiang makam.
“K.. Kim.. Kim Jongin?” ucap Jaehyun lirih.
Lay yang mendengar itu menoleh. Terlihat di wajahnya yang menampakkan raut cemas. Ia tahu, Ia tahu perasaan Jaehyun saat ini. tapi ia juga merasa bersalah karena telah membohongi Jaehyun, bahwa sebenarnya, Jongin ataupun yang sering disebutnya Kai, adalah sepupunya.
“Mianhae, Jaehyun-ah...” Lay berbicara sangat lirih.
“T...Tidak mungkin. Tidak mungkin! Lay, katakan padaku kalau dia bukan Jongin,” Jaehyun kehilangan akalnya. Ia menangis tak percaya. Ia seakan seperti telah kerasukan. Malang, sungguh malang nasibnya, jika benar iya.
“Benar, Jae-ah. Dia Jongin, Kekasihmu,” ujar Lay. Jaehyun berdiri sambil terisak, Ia tak kuat dengan cobaan yang terus menimpanya. Ia tak sanggup menerima kenyataan bahwa Jongin,.. sudah pergi, pergi jauh dari kehidupannya. Dan tidak akan pernah dan tak akan bisa kembali di sisinya. Karena itukah, Jongin oppa? Kau memutuskanku karena ini? kenapa Kau menyimpannya sendirian? Kenapa kau tak memberitahukannya padaku, oppa?
Beribu-ribu tusukan jarum terasa menghantamnya. Rasanya sangat sakit sekali. Kenyataan pahit yang terus menghantuinya, Ia tak ingin terpisahkan dari Jongin.
Ia berlari sekuat mungkin, membiarkan Lay yang berada di sana sendiri. Hatinya memilih Ia untuk pergi jauh. Pergi dari tempat yang tak diinginkannya saat ini. Entah mengapa takdir telah mempermainkannya. Tanpa Ia sadari, Lay telah mengikutinya berlari mengikutinya. Suara petir kini saling bersahutan. Seakan menggambarkan suasana hati Jaehyun saat ini. Ia marah, Ia kesal, Ia benci pada takdir. Mengapa harus takdir yang memisahkan mereka. Ini tidak adil.
Jaehyun berlari tanpa menghiraukan di sekitarnya. Teriakan Lay yang tengah memanggil namaya kini dihiraukannya. Sampai ada sebuah mobil sedang melaju begitu kencang saat Jaehyun mulai menyeberangi jalan. Mobil tersebut sudah mengklaksonnya beberapa kali, tapi dengan tubuh bergetar, Jaehyun tak mampu bergerak, tak mampu berpikir. Ia terdiam di sana seperti orang bodoh, sedangkan mobil itu trus semakin dekat.
Lay mendorong tubuh Jaehyun hingga terpental jauh. tapi na’asnya, Lay lah yang tertabrak. Sang pengendara mobil tidak menghentikan mobilnya, Ia langsung melaju tinggi meninggalkan dua orang yang kini tengah di tabraknya. Jaehyun terjatuh dengan luka lecet dibagian tubuhnya yang terkena aspal terlebih dahulu. Tak memikirkan lecet di tubuhnya, Jaehyun segera mencari Lay yang tadi sempat mendorong tubuhnya.
“L.. Lay?” ucapnya lirih ketika ditemukannya Lay yang telah tak sadarkan diri dengan keadaan yang mengenaskan. Darah segar terus mengucur dari mulutnya. Bodoh! Bodoh! Lagi-lagi karena kebodohannya. Jaehyun merutuki dirinya sendiri, tapi itu tidak ada gunanya lagi. Sekarang telah terlambat.
Jaehyun mendekati Lay dan memangku kepalanya pada kedua pahanya. Menggoyang-goyangkan bahu Lay. dan sampai pada akhirnya Lay membuka matanya, walau terlihat sayu.
“Lay! bangun, Lay! jangan tinggalkan Aku!” Jaehyun berteriak-teriak tak karuan. Ia panik, sangat panik. Tak bisa Ia kehilangan Lay, sudah cukup Ia kehilangan Jongin. Tapi tidak lagi untuk Lay.
“Jae... Jae .. hyun-ah, maafkan aku...” ucap Lay lirih.
Jaehyun menggelengkan kepalanya, “Tidak, Lay. aku yang harus meminta maaf. Aku yang menyebabkanmu seperti ini. tolong maafkan Aku, Lay.. seharusnya Kau biarkan Aku tertabrak, supaya Aku bisa menyusul Jongin. Kenapa, Kenapa Kau lakukan ini?”
“Kau...Kau tidak boleh mati. Jongin akan marah padaku jika Kau ku biarkan terluka. Setidaknya Aku telah menempati janjiku pada Jongin untuk menjagamu, kini tugasku telah selesai. Aku bisa pergi dengan tenang sekarang.” Lay bernafas tersenggal-senggal, karena gumpalan darah yang tertelan kembali kedalam mulutnya.
“Jangan bicara seperti itu, Lay! Aku tidak mau kehilangan orang yang ku sayangi untuk kedua kalinya,”
“Sepertinya Aku akan segera bertemu dengan Jongin,.. Jae-ah, apakah Kau tak ingin menitipkan salammu untuk Jongin padaku?” hentikan, Lay! sandiwaramu tidak lucu!
“Tidak, Lay! Ayo bangun dan kita pergi ke Rumah sakit untuk memeriksakan keadaanmu,” Jaehyun menggenggam tangan Lay erat, menyalurkan rasa hangatnya pada tubuh Lay.
“Jae-ah, apa salam perpisahanmu untukku?” semakin lama Lay mengoceh tak karuan. Lelucon apa yang Kau buat, Lay?
Jaehyun semakin menggenggam tangan Lay erat.
“Lay, Aku mencintaimu. Jangan tinggalkan Aku.” Lay tersenyum di paksakan, tak seperti biasanya. Senyuman manis yang selalu ia tunjukkan untuk Jaehyun.
“Aku sudah tidak kuat lagi, Jae-ah. Aku ... Maafkan Aku, Jae-ah...”
Hujan di siang hari itu turun bersamaan dengan perginya Lay. Jaehyun terisak sangat keras. Inikah akhir dari segalanya? Akhir dimana Ia harus kehilangan dua orang yang sangat Ia sayangi pergi meninggalkannya jauh. Kini tak dapat dipungkiri lagi, Jaehyun harus kuat. Ia pernah bilang pada Lay ataupun Yixing untuk jangan menangisi orang yang telah tiada. Ia harus bisa menerima kenyataan pahit yang mengharuskannya terpisah dari seseorang yang ia sayang. Mulai saat ini, mulai detik ini, Ia putuskan untuk lebih bisa hidup dengan normal.

**********************Can You Give Me A Reason To Life?***********************

“Kenapa kau tidak bilang padanya tentang penyakitmu ini, Kai?” tanyaku lembut namun tegas.
Entah mengapa namja ini membuatku bingung dan sedikit kesal. Dia sepupuku, Kai. Mungkin orang-orang lebih mengenalnya dengan sebutan nama aslinya, Kim Jongin. Tapi untuk Hyung ku, dia memanggil kami dengan sebutan Kai dan aku Lay. Dan sampai sekarang, kami memanggil nama kami dengan panggilan itu.
“Berat, rasanya berat sekali untuk bilang padanya. Aku tidak mau dia menangis karena ini. aku tidak mau melihatnya menangis karena penyakitku ini.” Kai berbicara sangat lirih. Tenaganya menjadi down. Aku sendiri merasa sedih melihatnya yang sangat menderita berbaring lemas di atas ranjang rumah sakit.
“Ku mohon jaga dia untukku. Aku mohon gantikan aku untuk menjaganya, semuanya ada di tanganmu. Aku sungguh berhutang budi padamu. Kau satu-satunya orang yang mau mengerti akan kondisiku ini. jadi ku mohon sangat, bantulah aku.”
Aku tak tahan, Kai. Aku masih belum bisa menerima ini semua. Aku sulit tuk bisa menerima kenyataan berat yang menimpa dirimu. Kau sepupuku, aku tidak ingin kehilangan sepupu satu-satunya, Kai. Ini sebuah kenyataan pahit. Dan pada akhirnya, aku hanya bisa mengalah pada takdir.
“Baik, Kai. Aku tahu, ini sangatlah sulit untuk kau ungkapkan. Kau orang baik, Kai. Jaehyun pasti sangat terpukul karena mendengar ini. maka dari itu kau lakukan ini. Kau tidak ingin melihatnya terpukul, kan? Aku mau membantumu, tapi asalkan kau tahu saja, Jaehyun hanya memilihmu. Hanya kau yang ada di hatinya saat ini. tak mungkin bisa aku menggantikan posisimu.”
Kai tersenyum pahit. Aku tahu dalam hatinya, tersimpan rasa tak rela. Aku tahu, Kai sangat mencintai Jaehyun. Dan sampai kapan pun, Aku tak akan pernah bisa menggantikan posisinya.
“Gomawo, Lay-ssi. Kau adalah sepupuku yang paling bisa ku andalkan. Gomawo,”
Aku tersenyum, mencoba menyembunyikan raut kesedihanku. Tak mungkin aku terlihat sedih olehnya. Itu hanya membuat Kai semakin sedih. Aku tidak mau itu terjadi.

**********************Can You Give Me A Reason To Life?***********************

Semuanya telah berlalu, waktu berjalan dengan iramanya. Semua orang punya cara masing-masing untuk mempergunakan waktu dengan sebaik mungkin. Jika Aku bisa, maka Aku akan mempergunakannya untuk memutar ulang kembali. Aku akan melakukan segalanya besamamu, guna untuk membahagiakanmu. Aku hanya ingin terus, dan terus melihatmu bahagia. Sampai kapanpun, Aku akan terus membimbingmu tersenyum, senyuman tulus itulah yang akan menjadi semangat hidupku. Aku tahu, alasan setiap orang untuk hidup itu berbeda-beda, tapi Aku ingin menjadikannya lebih berbeda dari yang lainnya. Jadi, bisakah Kau memberikanku alasan untuk hidup? –Jaehyun.

END