Tittle : Can You Give Me A Reason To Life?
Author : Rochmae Mi-K
Main cast :
-
Jung Jaehyun (OC/YOU)
-
Zhang Yixing a.k.a Lay
-
Kim Jongin a.k.a Kai
-
Others
Genre : Romance, Sad, etc.
Okay,
HAPPY READING~
JAEHYUN P.O.V
Aku mungkin bodoh karena masih mengharapkanmu yang sudah
tidak mencintaiku lagi. Semua harapanku tuk lebih mencintaimu kini telah pupus.
Kau hancurkan hatiku yang selama ini sangat mengharapkanmu. Kau buang
perasaanmu untukku. Kau acuhkan aku layaknya kita tak saling kenal. Semuanya
telah berakhir, Kim Jongin. Kau telah menghancurkannya sendiri. Baik, aku
terima.
**********************Can You Give Me A Reason
To Life?***********************
Semuanya nampak bahagia dengan aktivitas mereka
masing-masing. Mereka semua mengacuhkanku, sahabat macam apa mereka. Aku
terduduk dengan memasang tampang datar dan seakan menatap nanar ke arah depan,
walau ku tahu aku tidak melihat apa-apa. Aku masih memikirkan orang yang tak
peduli lagi padaku. Mengapa dia terus ada di pikiranku. Sungguh, Kim Jongin,
Aku tidak bisa melupakanmu, seperti Kau dengan mudah melupakanku. Aku ingin
kembali bersamamu. Aku tak sanggup lagi jika terus seperti ini.
“Jaehyun-ah, Jung Jaehyun! Kau kenapa diam seperti
itu? Kau membuat kami cemas.” Hyemi memukul pundakku pelan, Aku tahu mereka
memang sahabatku yang baik dan masih peduli padaku. Mereka pasti akan
mencemaskanku karena sikapku yang berubah beberapa hari ini. ini semua
karenamu, Kim Jongin.
“Kau masih memikirkan Kim Jongin-mu itu? Sudah ku bilang
kan dari awal, bahwa namja itu tidak baik untukmu. Sekarang kau menyesal
kan?” ujar Jihyun menasehatiku, tapi sayang, semuanya telah terlambat.
“Sekarang kau seharusnya move on darinya. Cobalah
tengok ke belakang, masih banyak namja yang lebih baik darinya.” Hyemi,
aku tidak bisa melakukannya. Hatiku masih kacau untuk memulai kisah cinta lagi,
dan pada akhirnya Aku yang dicampakkannya.
“Jangan seperti ini, kalian hanya akan menambahnya
bersedih.” Eunmi berbisik pada Hyemi dan Ji hyun, tapi Aku masih bisa mendengar
apa yang ia bicarakan.
“Jaehyun-ah, di sekolah kita nanti akan kedatangan murid
baru dari China. Kata orang-orang, dia sangat tampan dan pintar. Apa Kau
tertarik? Dia itu lebih baik dari namja bernama Kim Jongin mu itu. Tapi
kalau aku, aku tidak akan berpaling dari Byun Baekhyun ku.” Eunmi mendapatkan
dua sekaligus jitakan di kepalanya, membuat yang empunya meringis kesakitan.
Eunmi, mianhae, apapun itu, aku masih tidak bisa berpaling dari Jongin.
Biarlah kalian menganggapku yeoja aneh yang masih berharap pada cinta
lama yang telah pergi. Biarlah orang mengatakanku tidak waras. Aku hanya ingin
mereka mengerti perasaanku saat ini.
Aku beranjak dari bangkuku, membuat sahabatku
memperhatikanku segera. “Mulai sekarang, aku tidak akan jatuh cinta lagi,
selain untuk Kim Jongin.” Ucapku pasti dan keluar dari kelas. Aku tidak peduli
tatapan dari ketiga sahabatku yang mengatakan bahwa aku aneh. Aku hanya ingin
sendiri saat ini.
Kim Jongin, setidaknya saat kau mencampakkanku, kau
seharusnya memberikanku alasan yang pasti supaya aku bisa mengerti kenapa kau
meninggalkanku. Tapi tanpa alasan yang jelas, kau tinggalkanku dengan kata-kata
kasar.
**********************Can You Give Me A Reason
To Life?***********************
Aku mengeratkan mantel berwarna biru tuaku. Cuacanya
sungguh tidak mendukung. Salju turun di kegelapan malam. Disaat Aku sedang ada
janji di taman ini bersama dengan orang yang sangat ku cintai. Kim Jongin
dengan tiba-tiba memutuskan untuk bertemu secara mendadak. Apapun yang dilakukannya,
ia selalu memberikan keputusan secara mendadak. Ia adalah namja yang selalu
memberikanku sebuah kejutan.
Dari kejauhan ku dapat melihat seseoang yang selama ber
jam-jam ini ku tunggu. Aku tersenyum ke arahnya ketika ia semakin dekat. Aku
beranjak dari kursi taman dan menghambur begitu saja ke arahnya. Aku ingin
memeluknya, tapi ... ia menolaknya? Ia menepis lenganku yang hendak ingin
memeluknya. Ada apa, Kim Jongin?
“A.. Ada apa?” Aku mencoba menanyakannya
kepada Jongin. Sikapnya sungguh aneh saat ini, tidak seperti biasanya ia
bersikap dingin, terutama kepadaku.
“Mian, sebelumnya. Tapi, mulai sekarang ...”
Aku masih menunggu kelanjutan dari ucapannya.
Entah mengapa ini sangat membuatku gugup. Ku mohon jangan berita buruk.
“Mulai sekarang, hubungan kita berakhir.”
DEG!!
Rasanya seperti di hantam sebuah pisau. Apa
yang dikatakannya? Berakhir? Kenapa?
“K.. Kenapa?” aku tidak yakin dengan ini
semua. Kim Jongin berikanku alasan mengapa kau putuskan ini?
“Aku... Aku sudah muak denganmu. Mulai
sekarang jangan temui Aku lagi. Aku pergi.” Ucapnya dan pergi begitu saja.
Aku ambruk diantara salju yang begitu dingin.
Hancurnya hatiku sampai melupakan dinginnya cuaca saat ini. Aku sudah putus
asa. Bagaimana untuk seterusnya. Jongin teganya Kau patahkan hatiku. Kenapa Kau
meninggalkanku?
**********************Can You Give Me A Reason
To Life?***********************
Aku mengitari sepanjang koridor sekolah. Tidak
ada yang menarik sepanjang hari ini. Aku benar-benar sudah gila saat ini. patah
hati karena seorang namja. Tanpa ku sadari, rupanya Aku telah menabrak
seseorang. Aku mendongak untuk melihat orang itu.
“Gwaenchanha?” tanya seorang namja
yang tadi telah ku tabrak.
Ia mengulurkan tangannya padaku. Aku
menepisnya dan segera berdiri.
“Gwaenchanha.” Ucapku dingin. Ia
tersenyum manis padaku.
“Mian, Aku menabrakmu. Aku sedang
terburu-buru tadi.” Ujar namja yang sama sekali tak ku kenal ini.
“Aku kan tadi sudah bilang baik-baik saja.
Jadi jangan terlalu cemas.” Ia tersenyum lagi kepadaku. Namja aneh.
Sedingin apapun kata yang ku lontarkan kepadanya, Ia sama sekali tidak pernah
kecewa.
“Eum, Aku Zhang Yixing, pindahan dari China.
Aku sedang mencari ruang kepala sekolah, bisakah kau mengantarkanku ke sana?”
pinta Yixing.
“Mian, tapi aku sedang tidak mood saat
ini.” ucapku kemudian langsung melenggang pergi.
**********************Can You Give Me A Reason
To Life?***********************
Yixing P.O.V
Gadis aneh. Aku kan hanya ingin meminta
bantuan darinya. Kenapa ia begitu dingin.
Aku kembali melanjutkan aktivitasku yang
sempat tertunda karena gadis aneh tadi. Mencari ruangan kepala sekolah
sangatlah sulit di sekolah ini. pasalnya gedung sekolah ini begitu luas dan
besar. Untuk siswa baru sepertiku ini tidaklah mudah.
**********************Can You Give Me A Reason
To Life?***********************
Seorang guru mengajakku mengikutinya, ia
bilang ia adalah wali kelasku nanti. Dan sekarang aku dibawanya untuk ke kelas.
Kami berhenti di depan sebuah ruangan yang di atasnya bertuliskan ‘XI-F’. Apa
mungkin ini kelasku?
Seon Mi Seonseungnim menyuruhku
mengikutinya masuk. Semua murid terkejut ketika melihatku.
Aku hanya memasang wajah malaikatku supaya mereka
mau menerimaku di kelas mereka yang notabene-nya akan menjadi kelasku
juga. sampai seseorang membuatku terkejut. Oh, astaga! Yeoja aneh itu
lagi. Rupanya kami akan sekelas. Aku tersenyum akhirnya. Membayangkan nanti
bagaimana Ia akan bersikap padaku. Oh, lihatlah, pandangannya kosong saat ini. apa
yang sedang ia pikirkan?
Aku tersentak ketika seonseungnim
menyuruhku untuk memperkenalkan diriku pada temen sekelasku.
“Annyeonghaseyo, Nae ireumeun Zhang
Yixing imnida. Bongapseumnida.” Aku menundukkan badanku sekitar 90 derajat.
Mereka bilang, ini adalah tanda kehormatan, sama seperti di negara asalku.
Seon Mi seonseungnim menyuruhku untuk
duduk di salah satu tempat duduk di kelas ini. aku pun berjalan dan menemukan
tempat dudukku. Hanya berada di barisan nomor dua dari baris belakang. Tidak
begitu jauh dari tempat duduk sang yeoja aneh itu. Bahkan aku belum tahu
namanya. Dia sendiri yang tak memberitahukannya padaku.
**********************Can You Give Me A Reason
To Life?***********************
Author P.O.V
Sehabis bel tanda istirahat berbunyi, para yeoja
segera mengerumuni meja Yixing. Seperti sebuah toko yang sedang menawarkan
order, meja Yixing benar-benar penuh. Yixing bahkan sampai kualahan menghadapi
mereka. Sampai ia melihat HANYA satu yeoja-lah yang berbeda dari yang
lain. Yeoja itu kini pergi keluar kelas tanpa menghampiri meja Yixing
layaknya yeoja yang lain. Yixing tertegun. Rasanya ia sungguh tertarik
pada yeoja yang menurutnya aneh itu. Ia pun mencoba mencari alasan untuk
bisa kabur dari para yeoja yang menjadi fansnya ini dan segera menyusul yeoja
aneh, menurutnya.
**********************Can You Give Me A Reason
To Life?***********************
Jaehyun duduk menyendiri di bangku taman
belakang sekolah. Ia hanya ingin menenangkan hatinya. Ia tahu betul, ini hanya
hal bodoh yang terlalu dilebih-lebihkan. Tapi seharusnya juga mereka sedikit
mengerti persaan Jaehyun saat ini. karena jika mereka sendiri yang berada di
posisi Jaehyun saat ini, apa yang akan mereka rasakan?
“Orang-orang bodoh, mereka tidak sadar tentang
diriku. begitu juga dengan namja itu, Sama bodohnya!” Jaehyun menggerutu dalam
hati. Bukan karena dia sudah gila, berbicara sendiri, kesal sendiri, marah
tanpa alasan. Bukan, bukan karena itu semua. Dan kalian pasti yakin, jika
kalian pernah menggerutu sendiri, kan? Apa yang membuat kalian seperti itu?
Pasti kalian semua punya alasan tersendiri untuk menjelaskannya, bukan?
“Siapa yang kau bilang ‘bodoh’?” suara lembut
dari arah samping Jaehyun berhasil membuatnya tercengang. Jaehyun membuang muka
malas, setelah dilihatnya namja yang saat ini sedang dikagumi oleh
teman-temannya.
“Bukan siapa-siapa. hey! Untuk apa kau kemari?
Mengganggu saja.” Gumam Jaehyun tapi terdengar seperti menggerutu. Yixing
terkekeh mendengarnya.
“Bukankah ini tempat umum? Jadi siapapun boleh
kemari, termasuk aku. kenapa kau melarang?” Jaehyun tak sekalipun menoleh pada
namja itu, ia tetap menopang dagu karena sedang tak mood berbicara
dengannya.
“Setidaknya kau cari tempat lain, tempat ini
sudah ku tempati.” Jaehyun berbicara, tetap tak menoleh.
Yixing mulai terkekeh kembali. “Aku ... Aku
suka tempat ini. tempat ini sangat nyaman.”
Kali ini Jaehyun menoleh, memandang namja di
sampingnya begitu lekat. Jaehyun tertegun dengan kata-katanya.
‘Jongin pernah berkata seperti ini’
“Kalau begitu, Aku saja yang cari tempat lain.
Nikmati saja tempat ini.” Jaehyun beranjak dari duduknya. Namun, Yixing menahan
kepergiannya.
“Tunggu! Jangan pergi!” Jaehyun menoleh ke
belakang, tepat pada wajah Yixing. Yixing menatap nametag pada dada
sebelah kanan Jaehyun.
‘Jung Jaehyun,’ batinnya mengucap nama sang yeoja
dalam hati. Kini Ia tahu siapa nama yeoja yang menyebalkan ini.
rasanya Ia ingin menanyakan sesuatu. Tapi apa itu.
“Apa lagi?”
“Tadi pagi kau menolak untuk mengantarkanku ke
ruangan kepala sekolah. Jadi sekarang setidaknya kau menemaniku disini untuk
menggantikannya.” Jaehyun mendecak kesal. sebenarnya siapa namja ini,
menyuruhku seenaknya saja.
“Aku sedang tidak mood, mian.” Jaehyun
memalingkan wajahnya kembali dan segera beranjak pergi. Namun tangan seseorang
telah menghentikannya. Jaehyun menoleh, dan rupanya namja menyebalkan
ini lagi. Lihatlah, kini wajahnya menunjukkan senyuman terindahnya dan juga dimple
nya yang terlihat semakin manis. Luluh? Jaehyun menatapnya dalam, apakah itu
yang dinamakan luluh?
Jaehyun menghela napas panjang dan membuangnya
kasar, “Baiklah, tapi sebelumnya lepaskan dulu tanganku.” Jaehyun menunjuk
tangan kanannya yang tengah di genggam erat oleh Yixing menggunakan dagunya.
Seakan mengerti, Yixing melepaskannya sambil terkekeh.
Setelah itu, tak ada percakapan lagi. Semuanya
terasa hening. Sampai pada akhirnya, Yixing menghapus rasa kecanggungan itu
diantara mereka.
“Kau tinggal di daerah mana?” ketahuan, Yixing
hanya sekedar basa-basi saja. Mungkin begitu.
“Penting?” sama seperti sebelumnya, Jaehyun
sama sekali tak menoleh. Hanya tatapan kosong ke depan yang ia tunjukkan.
“Huh?”
“Apakah penting mengetahui Aku tinggal dimana?
Apa yang akan kau lakukan setelah mengetahui alamatku?” tanya Jaehyun ketus.
“Ya, setidaknya aku tahu dimana rumahmu.
Walaupun mungkin aku tak akan mengunjungimu,”
Jaehyun bangkit dari duduknya dan beranjak
pergi meninggalkan Yixing di taman itu. Yixing kali ini tak menghiraukannya,
sekedar untuk menyuruh Jaehyun kembali duduk di sampingnya seperti halnya tadi.
“Daerah Myeongdong, dekat dengan Restaurant
XXX. Mian, Aku harus pergi. Tiba-tiba saja aku teringat akan sesuatu.” Ujar
Jaehyun dan benar-benar pergi.
Yixing menatap punggung yeoja itu
dengan nanar.
“Sepertinya aku tahu, mengapa kau memilih
untuk meninggalkannya.” Ucapnya lirih.
**********************Can You Give Me A Reason
To Life?***********************
Jaehyun P.O.V
Bisa-bisanya eomma menyuruhku untuk
mengantarkannya ke rumah sakit hanya untuk menjenguk temannya yang sedang dirawat
di Rumah sakit. Apa ia tak melihat bahwa putrinya sedang tidak bisa diganggu
saat ini. tapi yang namanya eomma, pastilah ia selalu memaksa.
Bagaimanapun juga aku harus menurutinya. Dia eomma ku yang sangat bawel,
cerewet, dan mengesalkan. Tapi ... bagaimanapun juga dia eomma ku.
Bagian yang paling ku benci hanyalah saat aku
ditinggal sendiri ketika eomma sudah berada dalam ruang rawat temannya,
aku dikucilkan, ditelantarkan, dan disuruh menunggunya sampai eomma
sudah puas menjenguk. Jika hanya menjenguk dan langsung pulang, aku tak
masalah. Tapi begitu ia sampai di ruang rawat temannya, ia malah menyempatkan
diri untuk mengobrol bersama ahjummadeul, teman eomma di sana.
Apa ia tak kasihan melihat putrinya yang begitu sabar sedari tadi menunggunya.
Sampai lumutan pun, ia tak akan peduli?
Aku berkutat pada ponselku. Berharap disini
ada WIFI yang mampu melelehkan rasa kesalku saat ini. tapi sial, WIFI-nya
seakan tahu semua masalahku dan malah membuatku semakin kesal. WIFI di Rumah
sakit ini di kunci. Kini aku hanya bisa pasrah. Tapi untung saja, aku membawa MP3
Player. Dengan ini rasa kesalku sedikit bisa terobati dengan mendengarkan
sebuah lagu.
Kerongkonganku rasanya sangat kering, aku pun
memutuskan untuk beranjak dari dudukku dan mencari penjual minuman. Setidaknya
hanya untuk pelepas dahaga.
Aku masih memendengarkan lagu dengan MP3
Player ku. Merasa seakan terbawa alunan musik, aku sesekali memejamkan
mataku mencoba meresapi kalimat demi kalimat indah yang dilontarkan dalam lagu
ini. tanpa memperdulikan sekeliling, Aku tertabrak seseorang hingga jatuh. Aku
pun membuka mataku, ku lihat siapa yang telah menabrakku tadi.
“Yixing?” gumamku lirih. Aku membangunkan
diriku dan berhadapan dengan Yixing.
Yixing menghela nafas kesal, “Dasar! Dimana
matamu, selalu saja seperti ini.”
“Mian, aku sedang mendengarkan MP3.
Sampai tidak melihatmu.” Ucapku menyesal. Aku tahu perkataannya hanyalah sebuah
guyonan saja. Tak mungkin namja sepertinya mudah diambil ke hati.
“Tidak melihat? Hah, untung saja yang kau
tabrak itu aku, bagaimana jika orang lain?” Ujar Yixing sok menasehati.
Heuh, biarpun orang lain yang ku tabrak pun
aku tak peduli. Toh jika aku menabrak mereka, maka aku akan segera meminta
maaf. Apa susahnya? Cih!
“Sedang apa kau ke sini?” tanyaku mengalihkan
pertanyaannya. Tapi untungnya, ia mau menerimanya.
“Aku?”
Tanyanya balik sambil menunjuk dirinya sendiri
menggunakan telunjuknya. Aku mengangguk mengiyakan.
“Aku habis dari menjenguk sepupuku yang sedang
koma di sini.” Jawabnya pasti.
“Sakit apa sepupumu itu?” tanyaku penasaran,
setidaknya aku harus tahu sesuatu tentang seseorang.
Yixing menghela nafas berat, sebelum ia
menjawab pertanyaanku. ku yakin ia sangat terpukul saat ini. “Leukimia akut,”
“Kata dokter, usianya tinggal hitungan hari saja. Leukimia akut adalah
suatu perjalanan penyakit yang sangat cepat, mematikan, dan memburuk. Untung
saja dia bisa dengan cepat diselamatkan oleh dokter, maka dia masih ada secercah
harapan. Tapi bagaimanapun juga dirinya masih tak sadarkan diri, kondisinya
semakin lama, semakin melemah.”
Aku tertegun akan cerita Yixing tentang kondisi sepupunya itu. Seakan
mendapatkan sengatan darimana, aku menangis terisak membayangkannya. Yixing
yang melihatnya segera mendekatiku, menghapus jejak antara kami.
“Hey, Kau menangis?” Aku segera menghapus buliran air mata di pipiku yang
menetes. Malu, kenapa Aku justru menangis dihadapan Yixing.
“Ani, aniyo. Aku tidak apa-apa. Salamkan saja pada sepupumu itu
untuk lekas sembuh. Jangan sampai dia putus asa pada penyakit. Dan ahh,
sepertinya eomma ku akan mencariku. Aku pergi dulu ne, Yixing-ssi.
Sampai jumpa.” Aku berjalan meninggalkan Yixing disana. Entah apa yang sedang
ia lakukan, aku tidak peduli. Bodoh, mengapa menangis di hadapannya? Memalukan!
**********************Can You Give Me A Reason
To Life?***********************
Yixing P.O.V
“Ani, aniyo. Aku tidak apa-apa. Salamkan saja
pada sepupumu itu untuk lekas sembuh. Jangan sampai dia putus asa pada
penyakit. Dan ahh, sepertinya eommaku akan mencariku. Aku pergi dulu ne,
Yixing-ssi. Sampai jumpa.” Ujarnya dan kemudian berlalu pergi. Aku menatap
kepergiannya sampai diperbelokkan lorong.
Seandainya jika kau tahu, kau akan lebih sakit
lagi. Tapi jika kau tidak tahu, kau akan merasa didustai. Kau punya hak untuk
menangisinya, karena hanya kau miliknya. Bagaimanapun juga Aku tidak tahu jalan
pikirannya. Tapi, entah mengapa, Aku menurutinya begitu saja.
**********************Can You Give Me A Reason
To Life?***********************
Author P.O.V
Jaehyun mengambil sepatunya di loker depan
ruang masuk sekolah. Ia mau segera pulang, menenagkan pikirannya lagi.
Pelajaran membuat pikirannya pening dan bisa membuatnya stres. Ingin rasanya ia
bolos sekolah seharian ini. Tapi entah mengapa rasanya begitu sayang pada
absensi dan nilai point.
Ia mengenakan sepatunya dan mengikat talinya
menjadi sebuah simpul. Sampai suara seseorang mengejutkannya. Tapi setelah
dirasa mengetahui orang itu, ia merubah wajahnya menjadi wajah ketus seperti
biasanya.
“Kau mau langsung pulang?” Yixing juga
mengambil sepatunya yang berada di dalam loker, mengikuti apa yang sedang
Jaehyun lakukan.
“Eum, ne. Aku mau istirahat, lagi pula
tidak ada kegiatan lain yang bisa ku lakukan.” Ujar Jaehyun. Kini mereka tak
merasa canggung lagi.
“Ouh, begitu rupanya. Sebenarnya aku ingin mengantarkanmu
pulang. Itupun jika Kau mau,” Jaehyun menoleh ke Yixing setelah ia menyelesaikan
ikatan simpul pada sepatunya.
Nampaknya Ia masih berpikir keras mencerna
perkataan Yixing. Setelah itu ia berkata, “Sebenarnya juga Aku tak menolak,”
Yixing membulatkan matanya tak percaya dengan
jawaban Jaehyun barusan. Kemudian ia tersenyum manis seperti biasanya.
“Sekarang kita langsung pergi bersama?” tanya
Yixing ceria. Jaehyun mengangguk mengiyakan. Entah mengapa saat ini, Jaehyun
merasa sangat nyaman bersama Yixing. Seakan ia sedang bersama dengan namja
yang ia cintainya, Jongin.
Mereka pergi dengan menggunakan motor Yixing.
Yixing memberikan satu helm untuk Jaehyun. Kemudian ia memanaskan motor, dan mengegasnya.
Jaehyun masih diam tak bergeming. Melihat Jaehyun, Yixing mulai geram dan
menyuruhnya cepat naik. Mendengar Yixing mulai geram, Jaehyun dengan sigap
memakai helmnya dan menaiki motor Yixing.
“Pegangan yang kuat, atau kau akan jatuh!”
seru Yixing. Jaehyun hanya mengerutkan keningnya bingung, “Apa?”
Yixing tak menghiraukan pertanyaan dari
Jaehyun, malah mengegas motornya dengan kencang. Sehingga Jaehyun dengan
refleks memeluk tubuh Yixing sangat erat. Yixing tersenyum puas karena menerima
perlakuan halus dari Jaehyun.
DEG!
Dirasa dentaman jantung Jaehyun yang mulai tak
teratur. Jaehyun menjauhkan tubuhnya dari punggung Yixing, takut jikalau suara
detakan jantungnya terdengar oleh Yixing. Tapi setelah itu ia kembali tersadar,
rasa rindunya kepada Jongin mulai menghadirinya. Entah mengapa setiap ia berada
di dekat Yixing, namja China ini, ia seakan sedang berada bersama
Yixing. Ia terisak di dalam hati. Rasa sakit yang tertahan kini menjalarinya.
Menahan tangis di dalam hati bukankah sangat menyakitkan?
Jaehyun hanya tidak ingin Yixing mendengarnya
terisak. Bodoh! Sangat bodoh jika ia ketahuan Yixing sedang menangis. Dan di
saat Yixing bertanya alasannya, apa yang akan ia jawab? Mengatakan hal yang
sejujurnya? Sungguh konyol!
“Kita langsung menuju ke rumahmu?” tanya
Yixing, membuyarkan lamunan Jaehyun. Jaehyun kemudian terhenyak dan segera mencari
kata-kata untuk di ucapkannya pada Yixing.
“Aku ... Aku ... jangan antarkan Aku pulang
dulu,” ucap Jaehyun cepat. Yixing yang mendengar itu tiba-tiba mengerutkan
keningnya. Yeoja aneh! Pikirnya.
“Bawa Aku ... terserahmu. Aku tidak ingin
pulang dulu.” tutur Jaehyun dengan memejamkan matanya. Ia menggenggam kemeja
Yixing dengan sangat erat, baginya ini ialah penawar rasa takut dan sakit yang
dihinggapnya saat ini. Yixing semakin heran dan bingung akan sikap yeoja yang
diboncengnya saat ini, tapi seperti seakan tahu apa yang sedang diderita
Jaehyun, Yixing mengangguk mengiyakan.
“Baiklah,”
**********************Can You Give Me A Reason
To Life?***********************
“Dimana kita sekarang?” tanya Jaehyun setelah turun dari
motor Yixing dan melepas helmnya. Ia menatap kagum pemandangan di sekitarnya,
merasa sangat asing dengan tempat ini. dimana Ia dibawa Yixing ke sebuah taman
yang masih asri dan sejuk. Tak ada seorangpun orang disini, sepi.
“Ini tempat favorite ku bersama dengan sepupuku sewaktu
Aku masih berasa di Korea. Kami bermain bersama waktu itu dengan riang tanpa
ada beban apapun,” ujar Yixing menghela nafasnya berat sebelum pada akhirnya
meneruskan ucapannya, “Tapi kini, ia sudah tidak ada. ia pergi meninggalkan
keluarga kami, terutama Aku, kini Ia sudah tenang di surga bersama dengan
almarhum ibunya” Yixing kemudian menunduk menyembunyikan wajah kesedihan di
dalamnya.
Jaehyun seakan ada rasa empati yang menghinggapi dirinya,
ia juga ikut bersedih seakan merasa ada hubungan yang membuat Jaehyun harus
peduli tentang sepupu Yixing. Jaehyun mendekati Yixing yang masih tertunduk
sedih, lalu mengelus pundak Yixing. Menyalurkan rasa kepeduliannya terhadap
Yixing, mencoba tuk menenangkan hati Yixing yang tengah terluka. Kini nasib
mereka sama. Merasa kehilangan orang yang paling disayang secara tiba-tiba.
Tapi Yixing punya alasan, mengapa orang yang ia sayang meninggalkannya. Sedangkan
dirinya, Jaehyun tidak punya alasan! Dan bahkan Ia masih merasa bingung kenapa
tak mendapatkan alasan yang pasti, kenapa Jongin harus meninggalkannya. Jaehyun
merasa dirinya adalah makhluk paling bodoh di belahan bumi tempatnya berpijak
saat ini. ingin rasanya Ia menanyakannya langsung pada Jongin, tapi namja
itu, Ia sama sekali tak terlihat beberapa hari setelah berakhirnya hubungan di
antara mereka berdua. Bisakah Kau tahu perasaanku saat ini?
“Tenanglah, biarkan sepupumu itu pergi dengan tenang. Jangan
membuatnya menagis karena melihatmu bersedih. Ikhlaskan saja kepergiannya,”
ucap lembut Jaehyun, Ia terus mengusap-usap pundak Yixing, mencoba menyalurkan
ketenangan darinya.
Yixing menoleh ke arah Jaehyun, tepat pada manik matanya.
Jaehyun terdiam sesaat, kini mereka saling bertatap muka, saling pandang
kedalam manik-manik mata mereka yang bersinar-sinar. Kemudian dengan cepat,
Yixing memalingkan wajahnya dari tatapan Jaehyun. Ia tersenyum pahit, lalu
berkata, “Kau bicara seperti itu karena tidak tahu apa-apa, kan? Kau tak
mengetahui apa yang telah terjadi sebenarnya, maka Kau dengan mudah berbicara
seperti itu,”
Jaehyun yang mendengar penuturan Yixing kemudian
menggeleng kuat-kuat sebelum berkaat, “Ani, bukan seperti itu. Aku tahu
perasaanmu saat ini, karena aku juga telah merasakan hal yang sama sepertimu.”
Jaehyun memandang Yixing meyakinkan sampai namja itu benar-benar meliriknya
saat ini. ingin mencoba tuk di mengerti.
Yixing menatap dalam Jaehyun, “Ne, pada awalnya
juga aku merasa berat untuk ditinggalkannya, tapi... di kurun waktu yang datang
melaju, Aku pun mulai mencoba tuk melupakannya,” lanjut Jaehyun, sebelum pada
akhirnya tersenyum. Entahlah, rasanya bukan seperti sebuah senyuman, seperti
terkesan banyak kesedihan dibalik senyumannya.
“Jangan,” ucap lirih Yixing, kini Ia menatap kosong ke
arah depan tampang menyedihkan.
“Ne?” Jaehyun tak mengerti. Ia tak mengerti dengan
apa maksud ucapan Yixing, Ia mencoba menanyakan kepastiannya.
“Jangan, jangan lupakan dia. Ku mohon jangan lupakan
orang yang telah meninggalkanmu itu,” Jaehyun tertegun dengan penjelasan Yixing
terhadapnya. Seakan Yixing tahu betul apa masalah semuanya. Ia bisa tahu apa
yang saat ini tengah dirasakan oleh Jaehyun.
“Ne? ahh,. Eum.. N,. Ne” ucap Jahyun ragu.
Ia tak tahu apa yang dimaksud oleh Yixing, tapi hatinya seakan meyuruhnya untuk
mengikuti perkataan Yixing. Ia memilih untuk diam.
“Hey, kenapa jadi seperti ini? kenapa kita malah jadi
saling menceritakan kisah sedih kita tentang orang yang kita sayangi yang telah
pergi meninggalkan kita?” ucap Yixing, seakan mengalihkan pembicaraan. Kini
raut wajahnya kembali ceria seperti semula, seperti tak ada sekalipun masalah
yang terjadi sebelumnya. Cepatkah ia melupakan sebuah masalah?
Jaehyun masih tak bergeming, sampai Yixing menarik
tangannya, “Ikuti Aku,”
Jaehyun tercengang namun mampu mengikuti arah yang dituju
Yixing. Sampai pada akhirnya, Yixing membawanya ke sebuah kursi taman yang
berada dibawah pohon besar yang rindang, dan terkesan sejuk. Tak lupa juga di
depannya ada sebuah air mancur pada sebuah kolam kecil. Yixing menuntun Jaehyun
untuk duduk di kursi taman itu, duduk di sampingnya. Kini mereka berdua duduk
bersampingan. Mereka masih saling terdiam, hening. Sampai Jaehyun menghilangkan
rasa kejenuhan di antara mereka.
“Yixing-ssi,”
“Tunggu!” dengan cepat Yixing memotong perkataan Jaehyun.
Jaehyun mengerutkan keningnya tak mengerti.
“Mulai sekarang, khusus hanya untukmu seorang, panggil
Aku Lay saja.” Yixing tersenyum manis pada Jaehyun.
“L,..Lay?” ulang Jaehyun kemudian.
Yixing, oh, bukan! Maksudku Lay, mengangguk mengiyakan.
“Sepupuku suka memanggilku dengan sebutan itu. Sekarang, Aku ingin Kau yang
memanggilku dengan nama itu, menggantikan sepupuku. Karena Aku tahu, tak akan
ada yang memanggilku ‘Lay’ lagi, kecuali Hyung-ku.” Jaehyun berpikir,
mengingat-ingat nama tersebut. Lay, Oh, tidak terlalu sulit.
“Jadi, apa yang ingin Kau katakan tadi? Maaf telah
lancang memotongnya,” Lay mengingatkan Jaehyun tentang apa yang barusan
membuatnya harus memanggil namanya. Jaehyun kembali berpikir, apa yang ingin
ku katakan?
“Eum, begini Yixing-ssi. Eh, m.. maksudku, Lay-ssi,
sebelumnya Aku ingin meminta maaf jikalau pertanyaanku ini membuat hatimu
sakit,” Jaehyun masih sedikit ragu untuk menanyakan ini, tapi rasa penasaran
yang berkecambuk di hatinya membuatnya harus menanyakan ini pada Lay.
“Tidak masalah, Jaehyun-ah. Aku tidak masalah.
Katakanlah,” ujar Lay lembut, mayakinkan Jaehyun untuk tidak perlu takut.
Entahlah, perasaan apa ini? Saat Lay menyebutkan namanya
tadi, ada perasaan yang tak terkendali di dalam sini. Itu berarti Lay telah
mengenalnya dengan baik.
“Jeongmal? Ahh, Gomawo, Lay-ssi.
Sebetulnya Aku tak ingin menanyakan ini, tapi... Aku hanya sedikit ingin tahu.”
bukan, bukan sedikit, tapi banyak!
“Ne, jadi apa?”
“Eum, itu.. soal dia, sepupumu itu, kapan ... eung...
kapan Ia wafat?” dengan pelan-pelan Ia bertanya. Takut jikalau menusuk hati
Lay.
“Ouh,.. itu. Tepat pada kemarin malam Ia menghembuskan
nafas terakhirnya. Saat itu Aku sedang tidak ada. Belum sempat Aku mengucapkan
kata perpisahan, dia sudah pergi,” ujar Lay dengan sangat lirih. Begitu besar
rasa bersalahnya pada sepupunya saat ini.
“Mian,” Jaehyun merasa bersalah karena
mengingatkannya lagi pada Lay.
“Ah, Gwaenchanha,.. tidak masalah. Pada akhirnya,
semua orang juga dengan pertanyaan yang sama akan menanyakannya padaku. Jangan
merasa bersalah lagi.” Ucapnya, lembut. Jaehyun menghela nafas lega karena Lay
tak apa-apa.
“Eum,.. sebenarnya, Jaehyun-ah,” Jaehyun menunggu
lanjutan kata yang akan dilontarkan padanya. “Sebenarnya, Aku ingin mengajakmu
ke makam sepupuku. Itupun kalau kau tidak menolak,” tawar Lay.
“Aku, dengan senang hati menerima, kok. Jadi kapan kita
akan kesana?” tanya Jaehyun ceria. Namun tidak untuk Lay. Wajahnya saat ini
menggambarkan raut wajah yang,... entahlah! Tapi sungguh sulit untuk
dijelaskan.
“Kalau kau tidak keberatan, ... besok.” Tutur Lay.
Jaehyun mengangguk mengiyakan.
“Baik, besok. Aku akan menunggumu.” Balas Jaehyun sembari
tersenyum.
**********************Can You Give Me A Reason
To Life?***********************
SKIP~
“Di sebelah mana?” Jaehyun mengikuti Lay di belakangnya.
Tujuan mereka saat ini, mencari makam sepupu Lay, orang yang sangat berarti
bagi Lay.
“Bersabarlah, sebentar lagi akan sampai.” Ujar Lay
meyakinkan.
Jaehyun hanya bisa memandang Lay dari belakang, entah
mengapa ada rasa yang berbeda saat ini. Entah mengapa Ia jadi sangat merindukan
Lay saat ini. Jelas-jelas, sekarang mereka sedang bersama. Jaehyun mencoba
untuk menyamakan langkahnya dengan namja di depannya, ia ingin berjalan
berdampingan saat ini. tapi nyaris!
Jaehyun hampir saja terpeleset karena licinnya jalanan,
semalam turun hujan. Dan hari ini, nampak langit sedang mendung. Tapi, Lay
mendengar suara aneh di belakangnya, Ia segera menoleh. Refleks Ia menagkap
Jaehyun yang sedang tak seimbang.
“Kau tidak apa?” tanya Lay cemas. Mata mereka saling
beradu.
DEG!
Oh Tuhan, demi apapun. Ini kedua kalinya, Jantung Jaehyun
berdetak sangat kencang saat bersama Lay.
Ku mohon, jangan lagi! Aku tidak ingin merasakannya lagi.
Cukup! Sudah cukup Jongin yang telah menyakitiku. Aku tidak ingin terulang lagi.
–Jaehyun.
Sesaat kemudian, Jaehyun mulai tersadar. Ia kemudian
berdiri tegak, menghindar dari pelukan Lay.
“Mian,” pada akhirnya, hanya kata itulah yang
terlontarkan.
Mereka melanjutkan perjalana lagi menuju tujuan utama,
dan pada akhirnya Lay menemukan makam sepupunya yang baru dimakamkan beberapa
hari yang lalu. Masih baru dan wangi. Itulah keadaan makam tersebut.
“Ini dia makamnya,” Lay menarik Jaehyun untuk mendekat
dan duduk di samping makam tersebut.
Tanpa sengaja, Jaehyun membaca nama yang berada di
mendiang makam.
“K.. Kim.. Kim Jongin?” ucap Jaehyun lirih.
Lay yang mendengar itu menoleh. Terlihat di wajahnya yang
menampakkan raut cemas. Ia tahu, Ia tahu perasaan Jaehyun saat ini. tapi ia
juga merasa bersalah karena telah membohongi Jaehyun, bahwa sebenarnya, Jongin
ataupun yang sering disebutnya Kai, adalah sepupunya.
“Mianhae, Jaehyun-ah...” Lay berbicara sangat lirih.
“T...Tidak mungkin. Tidak mungkin! Lay, katakan padaku
kalau dia bukan Jongin,” Jaehyun kehilangan akalnya. Ia menangis tak percaya.
Ia seakan seperti telah kerasukan. Malang, sungguh malang nasibnya, jika benar
iya.
“Benar, Jae-ah. Dia Jongin, Kekasihmu,” ujar Lay. Jaehyun
berdiri sambil terisak, Ia tak kuat dengan cobaan yang terus menimpanya. Ia tak
sanggup menerima kenyataan bahwa Jongin,.. sudah pergi, pergi jauh dari
kehidupannya. Dan tidak akan pernah dan tak akan bisa kembali di sisinya. Karena
itukah, Jongin oppa? Kau memutuskanku karena ini? kenapa Kau menyimpannya
sendirian? Kenapa kau tak memberitahukannya padaku, oppa?
Beribu-ribu tusukan jarum terasa menghantamnya. Rasanya
sangat sakit sekali. Kenyataan pahit yang terus menghantuinya, Ia tak ingin
terpisahkan dari Jongin.
Ia berlari sekuat mungkin, membiarkan Lay yang berada di
sana sendiri. Hatinya memilih Ia untuk pergi jauh. Pergi dari tempat yang tak
diinginkannya saat ini. Entah mengapa takdir telah mempermainkannya. Tanpa Ia
sadari, Lay telah mengikutinya berlari mengikutinya. Suara petir kini saling
bersahutan. Seakan menggambarkan suasana hati Jaehyun saat ini. Ia marah, Ia
kesal, Ia benci pada takdir. Mengapa harus takdir yang memisahkan mereka. Ini
tidak adil.
Jaehyun berlari tanpa menghiraukan di sekitarnya.
Teriakan Lay yang tengah memanggil namaya kini dihiraukannya. Sampai ada sebuah
mobil sedang melaju begitu kencang saat Jaehyun mulai menyeberangi jalan. Mobil
tersebut sudah mengklaksonnya beberapa kali, tapi dengan tubuh bergetar,
Jaehyun tak mampu bergerak, tak mampu berpikir. Ia terdiam di sana seperti
orang bodoh, sedangkan mobil itu trus semakin dekat.
Lay mendorong tubuh Jaehyun hingga terpental jauh. tapi
na’asnya, Lay lah yang tertabrak. Sang pengendara mobil tidak menghentikan
mobilnya, Ia langsung melaju tinggi meninggalkan dua orang yang kini tengah di
tabraknya. Jaehyun terjatuh dengan luka lecet dibagian tubuhnya yang terkena
aspal terlebih dahulu. Tak memikirkan lecet di tubuhnya, Jaehyun segera mencari
Lay yang tadi sempat mendorong tubuhnya.
“L.. Lay?” ucapnya lirih ketika ditemukannya Lay yang
telah tak sadarkan diri dengan keadaan yang mengenaskan. Darah segar terus
mengucur dari mulutnya. Bodoh! Bodoh! Lagi-lagi karena kebodohannya. Jaehyun
merutuki dirinya sendiri, tapi itu tidak ada gunanya lagi. Sekarang telah
terlambat.
Jaehyun mendekati Lay dan memangku kepalanya pada kedua
pahanya. Menggoyang-goyangkan bahu Lay. dan sampai pada akhirnya Lay membuka
matanya, walau terlihat sayu.
“Lay! bangun, Lay! jangan tinggalkan Aku!” Jaehyun
berteriak-teriak tak karuan. Ia panik, sangat panik. Tak bisa Ia kehilangan
Lay, sudah cukup Ia kehilangan Jongin. Tapi tidak lagi untuk Lay.
“Jae... Jae .. hyun-ah, maafkan aku...” ucap Lay
lirih.
Jaehyun menggelengkan kepalanya, “Tidak, Lay. aku yang
harus meminta maaf. Aku yang menyebabkanmu seperti ini. tolong maafkan Aku,
Lay.. seharusnya Kau biarkan Aku tertabrak, supaya Aku bisa menyusul Jongin.
Kenapa, Kenapa Kau lakukan ini?”
“Kau...Kau tidak boleh mati. Jongin akan marah padaku
jika Kau ku biarkan terluka. Setidaknya Aku telah menempati janjiku pada Jongin
untuk menjagamu, kini tugasku telah selesai. Aku bisa pergi dengan tenang
sekarang.” Lay bernafas tersenggal-senggal, karena gumpalan darah yang tertelan
kembali kedalam mulutnya.
“Jangan bicara seperti itu, Lay! Aku tidak mau kehilangan
orang yang ku sayangi untuk kedua kalinya,”
“Sepertinya Aku akan segera bertemu dengan Jongin,.. Jae-ah,
apakah Kau tak ingin menitipkan salammu untuk Jongin padaku?” hentikan, Lay!
sandiwaramu tidak lucu!
“Tidak, Lay! Ayo bangun dan kita pergi ke Rumah sakit
untuk memeriksakan keadaanmu,” Jaehyun menggenggam tangan Lay erat, menyalurkan
rasa hangatnya pada tubuh Lay.
“Jae-ah, apa salam perpisahanmu untukku?” semakin
lama Lay mengoceh tak karuan. Lelucon apa yang Kau buat, Lay?
Jaehyun semakin menggenggam tangan Lay erat.
“Lay, Aku mencintaimu. Jangan tinggalkan Aku.” Lay
tersenyum di paksakan, tak seperti biasanya. Senyuman manis yang selalu ia
tunjukkan untuk Jaehyun.
“Aku sudah tidak kuat lagi, Jae-ah. Aku ... Maafkan Aku,
Jae-ah...”
Hujan di siang hari itu turun bersamaan dengan perginya Lay.
Jaehyun terisak sangat keras. Inikah akhir dari segalanya? Akhir dimana Ia
harus kehilangan dua orang yang sangat Ia sayangi pergi meninggalkannya jauh.
Kini tak dapat dipungkiri lagi, Jaehyun harus kuat. Ia pernah bilang pada Lay
ataupun Yixing untuk jangan menangisi orang yang telah tiada. Ia harus bisa
menerima kenyataan pahit yang mengharuskannya terpisah dari seseorang yang ia
sayang. Mulai saat ini, mulai detik ini, Ia putuskan untuk lebih bisa hidup
dengan normal.
**********************Can You Give Me A Reason
To Life?***********************
“Kenapa kau tidak bilang padanya tentang
penyakitmu ini, Kai?” tanyaku lembut namun tegas.
Entah mengapa namja ini membuatku bingung dan
sedikit kesal. Dia sepupuku, Kai. Mungkin orang-orang lebih mengenalnya dengan
sebutan nama aslinya, Kim Jongin. Tapi untuk Hyung ku, dia memanggil kami
dengan sebutan Kai dan aku Lay. Dan sampai sekarang, kami memanggil nama kami
dengan panggilan itu.
“Berat, rasanya berat sekali untuk bilang
padanya. Aku tidak mau dia menangis karena ini. aku tidak mau melihatnya
menangis karena penyakitku ini.” Kai berbicara sangat lirih. Tenaganya menjadi
down. Aku sendiri merasa sedih melihatnya yang sangat menderita berbaring lemas
di atas ranjang rumah sakit.
“Ku mohon jaga dia untukku. Aku mohon gantikan
aku untuk menjaganya, semuanya ada di tanganmu. Aku sungguh berhutang budi
padamu. Kau satu-satunya orang yang mau mengerti akan kondisiku ini. jadi ku
mohon sangat, bantulah aku.”
Aku tak tahan, Kai. Aku masih belum bisa
menerima ini semua. Aku sulit tuk bisa menerima kenyataan berat yang menimpa
dirimu. Kau sepupuku, aku tidak ingin kehilangan sepupu satu-satunya, Kai. Ini
sebuah kenyataan pahit. Dan pada akhirnya, aku hanya bisa mengalah pada takdir.
“Baik, Kai. Aku tahu, ini sangatlah sulit
untuk kau ungkapkan. Kau orang baik, Kai. Jaehyun pasti sangat terpukul karena
mendengar ini. maka dari itu kau lakukan ini. Kau tidak ingin melihatnya
terpukul, kan? Aku mau membantumu, tapi asalkan kau tahu saja, Jaehyun hanya
memilihmu. Hanya kau yang ada di hatinya saat ini. tak mungkin bisa aku
menggantikan posisimu.”
Kai tersenyum pahit. Aku tahu dalam hatinya,
tersimpan rasa tak rela. Aku tahu, Kai sangat mencintai Jaehyun. Dan sampai
kapan pun, Aku tak akan pernah bisa menggantikan posisinya.
“Gomawo, Lay-ssi. Kau adalah sepupuku yang
paling bisa ku andalkan. Gomawo,”
Aku tersenyum, mencoba menyembunyikan raut
kesedihanku. Tak mungkin aku terlihat sedih olehnya. Itu hanya membuat Kai
semakin sedih. Aku tidak mau itu terjadi.
**********************Can You Give Me A Reason
To Life?***********************
Semuanya telah berlalu, waktu berjalan dengan iramanya.
Semua orang punya cara masing-masing untuk mempergunakan waktu dengan sebaik
mungkin. Jika Aku bisa, maka Aku akan mempergunakannya untuk memutar ulang
kembali. Aku akan melakukan segalanya besamamu, guna untuk membahagiakanmu. Aku
hanya ingin terus, dan terus melihatmu bahagia. Sampai kapanpun, Aku akan terus
membimbingmu tersenyum, senyuman tulus itulah yang akan menjadi semangat
hidupku. Aku tahu, alasan setiap orang untuk hidup itu berbeda-beda, tapi Aku
ingin menjadikannya lebih berbeda dari yang lainnya. Jadi, bisakah Kau
memberikanku alasan untuk hidup? –Jaehyun.
END